Karya
: Annisa Apriliani
Hari sudah mulai gelap,
aku bergegas untuk segera pulang kerumah dan mengakhiri pekerjaanku hari ini.
Aku Saktia, anak pertama dari dua bersaudara, umurku 22 tahun. Adikku yang
bernama Nisa yang usianya masih 16 tahun. Aku terlahir dari keluarga yang
sederhana, ibuku hanya bekerja sebagai kuli cuci yang penghasilannya tidak
seberapa, aku berhenti sekolah karena aku membantu ibu untuk mencari uang
tambahan untuk membayar uang sekolah adikku.
***
Keesokan harinya, aku
pun segera bersiap-siap untuk bekerja. Pekerjaanku sangat sederhana, yaitu
membantu para nelayan mencari ikan dilaut. Aku bekerja keras untuk bisa membahagiakan
ibu dan adikku, apa boleh buat aku tidak bisa membiarkan ibu bekerja sendirian
setiap hari.
Matahari pun sudah memuncak diatas kepala, keringat
ku mulai bercucuran. Setelah menjelang sore dan ikan-ikan berhasil didapatkan,
aku pun mengangkat semua ikan-ikan hasil tangkapan nelayan itu ke pasar ikan
terdekat. Ya, memang pasar itu dibuka mulai sore hari dan banyak sekali pembeli
yang berdatangan. Setelah beberapa jam semua pekerjaanku pun selesai.
Menuju perjalanan pulangku, aku sengaja
berjalan-jalan dulu didekat pantai dan aku melihat seorang wanita yang sangat
cantik. Ia sedang berdiri melihat indahnya pantai dan aku pun segera
menghampirinya.
“Sedang apa kau sore-sore dipantai?” tanyaku
Wanita itu pun
menjawab “Aku suka melihat keindahan pantai di sore hari seperti ini, rasanya
sangat indah sekali”
Aku pun
menjawab “Apakah kau menyukai senja?”
“Ya aku sangat
menyukai senja, mangkanya setiap sore aku kesini untuk melihat itu” jawab
wanita itu dengan senang.
“Oh iya, namamu siapa?” tanyaku kepada wanita itu
“Namaku Aida, kamu?” dia pun bertanya
“Hehe kenalkan nama aku Saktia” jawabku sambil
tersenyum
“Eh hari sudah mulai gelap, aku pulang duluan ya
Sak”.
“Oh iya kebetulan aku juga mau pulang, kalau begitu
kita pulang bersama aja” ajakku
“Iya”
Hari sudah menjelang malam, aku dan Aida pun pulang
bersama-sama.
***
Malam itu langit sangat
indah, bintang-bintang muncul dengan indahnya. Aku yang sedang duduk di teras
rumah sambil meminum segelas teh hangat dan menikmati suasana langit yang
indah. Tiba-tiba ibu pun datang dan duduk bersamaku.
“Sedang apa Nak kamu di luar sini?”. Tanya ibu
“Aku sedang istirahat bu sambil melihat indahnya
langit”. Jawabku
“Nak, maafin ibu karena kamu tidak bisa melanjutkan
sekolah dan harus bekerja sekeras ini untuk ibu dan adikmu”. Bicara ibu dengan
muka sedih
“Bu, ibu tidak boleh bicara seperti itu. Memang sudah
takdir kita seperti ini bu, kita tidak boleh mengeluh. Aku tidak merasa
menyesal kalau aku tidak bisa meneruskan pendidikanku, asalkan adikku bisa
sekolah aku pun bahagia bu”.
“Andaikan Ayahmu masih berada bersama kita, pasti
kita tidak akan hidup seperti ini”.
Tiba-tiba ibu pun menangis.
“Hey Bu, Ibu tidak boleh bica seperti itu lagi. Ayah
sudah bahagia di sana bu, ibu tidak boleh seperti itu. Kita harus mendoakan
ayah agar ia pun bahagia melihat kita di sini bu.”
“Iya Nak, ibu akan melakukan apa saja asalkan kamu
dan adikmu bahagia.” Jawab Ibu
“Ibu tidak boleh sedih lagi, toh disini masih ada
Saktia dan Nisa yang selalu menemani ibu. Sudah ya, Saktia tidak mau ibu
seperti ini.”
“Iya Nak. Sudah malam, ayo kita masuk kedalam. Tidak
baik malam-malam di luar.”
“Ayo Bu kita masuk”.
***
Hari
ini aku sedang libur kerja, dan aku pun berada dirumah bersama adikku yang
kebetulan sedang libur sekolah, sedangkan ibu pergi bekerja seperti biasanya.
Tiba-tiba Nisa bertanya “Kak, aku merasa aku sangat merepoti
kaka dan ibu kak”
“Hei Nisa, disini tidak ada yang direpotkan. Sudah
kewajiban kamu untuk belajar dan meraih cita-cita kamu, tidak usah memikirkan
yang lainnya”. Jawabku
“Tapi rasanya aku ingin berhenti sekolah kak, aku
ingin ikut mencari uang bersama kaka”
“Tidak Nisa, kamu tetap harus sekolah sampai kamu
lulus. Kaka janji kalau kaka ada rezeki, kaka akan membiayai kamu untuk masuk
ke Perguruan Tinggi”.
“Hmm.. Iya Kak, aku akan terus belajar dengan tekun
dan giat agar aku bisa membahagiakan ibu dan kaka”.
“Nahh, itu baru adiknya kaka hehehe... sini-sini
peluk kaka dulu.” Jawabku sambil memeluk Nisa
“Ihh Kakak apaan sih”.
***
Seperti
biasa, sore hari aku mengajak adikku berjalan-jalan dipantai. Tiba-tiba aku
melihat Aida sedang duduk sendirian, aku mengajak adikku untuk menghampirinya.
“Hai Aida, sedang apa disini?melihat senja lagi?”.
Tanyaku
“Oh iya Hai Saktia. Hehe iya nih, seperti biasalah”.
Jawab Aida
“Aida, kenalkan ini adikku Nisa”.
“Hai Nisa, kamu cantik sekali”. Puji Aida kepada Nisa
“Ah.. Kak Aida bisa aja”. Jawab Nisa
“Aida, kenapa setiap hari kamu selalu kesini?”
tanyaku
“Aku kesepian Saktia, mangkanya aku kesini karena
cuma tempat ini yang bisa membuatku tenang”.
“Memang kamu kenapa? Kamu sedang ada masalah?”
“Iya Sak, setiap hari papah dan mamahku selalu
bertengkar di rumah entah bertengkar karena apa, aku tidak kuat lagi mendengar
mereka selalu bertengkar seperti itu”.
“Kamu yang sabar ya Aida, mungkin memang orang tuamu
sedang ada masalah maka itu mereka bertengkar seperti itu”.
“Iya aku tau, tapi bisa kan diselesaikan dengan
kepala dingin?!”
“Yasudah, jangan terlalu dipikirkan lebih baik kita
menenangkan diri disini.” Ajakku kepada Aida.
Saat itu, Aku, Nisa, dan Aida pun bermain dan
berlari-lari di pantai. Aku sangat senang sekali melihat adikku yang begitu
dekat dengan Aida, dan begitu pun denganku. Sepertinya ada yang berbeda di
hatiku, aku merasakan getaran-getaran cinta jika berada didekat Aida. Apa
mungkin Aku jatuh cinta kepada Aida???.
***
Di
dalam kamar aku berdiam diri, tapi kenapa pikiranku selalu tertuju kepada Aida.
Gadis itu benar-benar membuatku jatuh cinta saat ini, senyumannya yang indah
itu selalu terbayang-bayang di kepalaku. Jam menunjukkan pukul 11 malam, aku
sudah mulai ngantuk dan tak lama aku pun tertidur.
Suara ayam mulai terdengar, tak terasa sudah mulai
pagi, aku pun segera bangun dan mandi. Setelah itu aku duduk bersama adik dan
ibukku di meja makan, adikku yang sedang sarapan sudah rapi dan bersiap-siap
untuk kesekolah.
“Ibu, Kak Saktia, Nisa berangkat sekolah dulu ya..”
Pamit Nisa sambil salaman kepada Ibu dan Aku
“Iya Nak, hati-hati di jalan ya” Jawab Ibu
“Iya Bu.”
“Iya Dek, hati-hati di jalan, belajar yang rajin ya
cantik.” Jawabku sambil mengelus kepalanya
“Siap komandan!!!” Saut Nisa
Tidak lama Nisa pun sudah pergi ke sekolah, dan
sekarang Ibu pun pamit kepadaku untuk bekerja.
“Nak, ibu berangkat dulu ya, nanti kalo kamu mau
melaut jangan pulang larut malam.” Kata Ibu
“Iya Bu, hati-hati dijalan, iya bu Saktia tidak akan
pulang larut malam.” Jawabku
“Ya sudah, Ibu pergi dulu. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam Bu.”
Setelah Ibu pergi Aku pun bersiap-siap untuk
menjalankan aktifitasku seperti biasa yaitu membantu nelayan menangkap ikan.
***
Seperti
biasa setelah pekerjaanku selesai aku langsung ke pantai untuk melihat senja
sekaligus untuk melihat bidadari hatiku yaitu Aida. Apa mungkin sekarang
saatnya untuk aku mengungkapkan perasaanku terhadapnya, ya mungkin hari ini aku
harus berani mengungkapkan semuanya. Tidak lama kemudian Aida pun datang.
“Hai Sak.”
“Hei iya hai Aida.”
“Aku mau bicara sesuatu.”
Tanpa disadari aku dan Aida pun bicara serentak.
“Hmm.. ya sudah Sak kamu duluan aja yang bicara.”
“Oke. Hmm Aida aku mau bicara sesuatu entah kamu
percaya atau tidak bahwa aku merasakan ada yang berbeda jika berada di dekatmu,
aku merasa nyaman berada didekatmu Aida, entah dari kapan perasaanku itu muncul
begitu saja.”
Aida pun menjawab “Saktia, aku pun mersakan hal yang
sama sepertimu, entah kenapa kamu itu selalu menjadi penghibur aku dikala aku
sedih dan kesepian, aku cuma bisa cerita ke kamu kalau aku sedang ada masalah,
dan aku pun merasakan nyaman yang sama saat berada di dekatmu.”
“Aida, apa aku boleh menjadi bagian dari orang yang
paling penting di hidup kamu?”
“Ma.. Maksud kamu apa Saktia?” tanya Aida
“Aku ingin menjadi pendamping kamu Aida.”
Muka Aida pun langsung memerah setelah mendengar
omongan Saktia.
“Tapi aku tidak pantas untuk kamu Saktia, aku gadis
miskin yang tidak sempurna, tidak mempunyai apa-apa” jawab Aida dengan muka
sedih
“Tidak Aida, semua orang mempunyai kekurangan dan
kelebihan tersendiri, dan saat ini aku melihat kelebihan dari mu.”
“Saktia, aku tidak bisa bicara apa-apa lagi. Kita
jalani saja semua ini bersama-sama. Aku mencintaimu Sak.”
“iya Aida kita jalani semua ini bersama, aku pun
lebih mencintaimu Aida.”
Dan mereka berdua pun
duduk berdua diatas pasir dan menikmati indahnya laut dikala senja. Senja,
itulah suasana yang paling disukai olehku dan Aida. Entah kenapa kami mempunyai
banyak kesamaan, Aku mencintai Aida seutuhnya apapun yang terjadi, begitupun
sebaliknya. Aku tidak mau kehilangan sosok Aida yang sudah berhasil membuatku
sangat mencintai dia. Aida kau Pujaan Hatiku....
tunggu kelanjutan ceritanya ya di Cinta Di Waktu Senja Part 2....